Selasa, 20 Desember 2011

DEMENSIA VASKULER


 DEMENSIA VASKULER




BAB  I
PENDAHULUAN

Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan motivasi.
Demensia vaskular adalah bentuk demensia kedua terbanyak setelah penyakit Alzheimer. Ia merupakan sindrom yang berhubungan dengan mekanisme vaskular yang berbeda. Demensia vaskular dapat dicegah dengan deteksi dini dan diagnosis yang tepat adalah penting.
Pasien yang pernah mengalami stroke mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk demensia vaskular. Baru-baru ini, lesi vaskular diduga telah memainkan peran dalam penyakit Alzheimer.
Pada 18899, arterosklerosis dan demensia senilis telah dinyatakan sebagai sindrom yang berbeda. Pada 1969, Mayer-Gross dkk melaporkan bahwa hipertensi adalah penyebab demensia pada 50% pasien. Pada 1974, Hachinski dkk menemukan istilah demensia multi-infark. Pada 1985, Lob menggunakan istilah yang lebih luas yaitu demensia vaskular.











 BAB II


DEFINISI
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau hipoksia.2,7
Baru-baru ini terdapat kontroversi dalam diagnosis demensia vaskuler. Pada abad ke 20, demensia pada orang lanjut usia diduga berasal dari vaskular tetapi penelitian autopsi dan neuroimaging modern menunjukkan banyak kasus demensia pada orang lanjut usia di Eropa dan Amerika Utara adalah dampak dari penyakit Alzheimer. Walaupun begitu, beberapa individu mengalami gangguan kognitif sebagai akibat dari stroke. Kebanyakan dari pasien ini menunjukkan tanda klinis seperti afasia atau disfungsi visual dan defisit neurologis ini jarang dikelirukan dengan penurunan kognitif karena demensia.2
Banyak orang lanjut usia dengan penurunan kognitif yang progresif mempunyai vaskular yang patologi dan perubahan yang berhubungan dengan Alzheimer secara bersamaan. Pada pasien ini, terdapat kombinasi patologi penyakit Alzheimer dan vaskular sehingga sukar untuk menentukan penyebab prinsip dari demensia.2

EPIDEMIOLOGI
1.      Internasional4,7
-          Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia.
-          Kadar prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang lebih 2,2% di Jepang
-          Di Jepang, 50% dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun adalah demensia vaskular.
-          Di Eropa, demensia vaskular dan demensia kombinasi masing-masing 20% dan 40% dari kasus. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah demensia vaskular
-          Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang telah mengalami stroke berbanding yang terkontrol. Setahun pasca stroke, 25% pasien mengalami demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun berikutnya, resiko relatif kejadian demensia adalah 5,5%.

2.      Jenis kelamin3,4
Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya.

3.      Umur 4
Insiden meningkat sesuai dengan peningkatan umur

ETIOLOGI
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada daerah otak yang luas. Penyebab infark termasuklah oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh seperti katup jantung. Pada pemeriksaan, ditemukan bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran kamar jantung.4

Selain itu, faktor resiko demensia vaskular adalah:3,7,9
1.      Usia lanjut
2.      Hipertensi
3.      Merokok
4.      Penggunaan alkohol kronis
5.      Aterosklerosis
6.      Hiperkolesterolemia
7.      Homosistein plasma
8.      Diabetes melitus
9.      Penyakit kardiovaskular
10.  Penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis dan HIV)
11.  Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenik dan aluminium)
12.  Penggunaan obat-obatan (termasuklah obat sedatif dan analgetik) jangka panjang
13.  Tingkat pendidikan yang rendah
14.  Riwayat keluarga mengalami demensia
           


Sindrom genetik yang jarang juga dapat menyebabkan demensia vaskular.2
Penyakit
Kromosom
Gen
Arteriopati autosomal dominant serebral dengan infark subkortikal dan leukoencephalopathy (CADASIL)

19
Notch3
Angiopati amiloid serebral (CAA)

21
Protein prekursor
β-amyloid (βAPP)

Ensefalomiopati mitokondrial dengan asidosis laktat dan episod seperti stroke (MELAS)

Mitokondrial (mtDNA)
tRNA Leu(UUR)

KLASIFIKASI
Berbagai subtipe demensia vaskular yaitu:2,4
1.      Gangguan kognitif vaskular ringan
2.      Demensia multi infrak. Disebabkan oleh infark pembuluh darah besar multipel
3.      Demensia infark strategi. Disebabkan oleh infark single yang strategi (seperti oklusi dari Arteri serebral posterior dan menyebabkan infark thalamus bilateral atau sindrom arteri serebri anterior yang menyebabkan infark lobus frontal bilateral). 
4.      Demensia vaskular karena lesi lakunar
5.      Penyakit Binswanger. Disebabkan oleh penyakit iskemik pembuluh darah kecil (seperti lakuna multipel di ganglia basal, di subkortikal atau di substansia alba periventrikuler).
6.      Demensia vaskular akibat lesi hemoragik. Terdapat penyakit serebrovaskular hemoragik seperti hematoma subdural atau intraserebral atau perdarahan subaraknoid
7.      Demensia vaskular subkortikal
8.      Demensia campur (kombinasi penyakit Alzheimer dan demensia vaskular)

PATOFISIOLOGI
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi.


Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus.
Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.4
a.       Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda menghasilkan penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.

b.      Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus.

c.       Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit Binswanger dan status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan Virchow-Robin dan gliosis parenkim perivaskular.



d.      Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan menghasilkan lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar adalah kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar.

e.       Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal) disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih besar.

TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalunya subkortikal, bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan aktivitas harian seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik.2,4,6

Tanda dan gejala fisik:
·         Kehilangan memori, pelupa
·         Lambat berfikir (bradifrenia)
·         Pusing
·         Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
·         Inersia
·         Langkah abnormal
·         Konsentrasi berkurang
·         Perubahan visuospasial
·         Penurunan tilikan
·         Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana dan mengorganisasi
·         Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat kandung kencing yang hiperrefleksi.





Tanda dan gejala perilaku:
·         Perbicaraan tidak jelas
·         Gangguan bahasa
·         Depresi
·         Berhalusinasi
·         Tidak familiar dengan persekitaran
·         Berjalan tanpa arah yang jelas
·         Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral menyebabkan inkontinensi emosional (juga dikenal sebagai afek pseudobulbar)
·         Sukar menurut perintah
·         Bermasalah dalam menguruskan uang

Riwayat pasien yang mendukung demensia vaskular adalah kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise), kekeliruan nokturnal, depresi, mengeluh somatik, dan inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala fokal. Contoh kerusakan bertahap adalah kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke menyebabkan gejala yang serta-merta. 2,6

 DIAGNOSIS
1.      Anamnesis
·         Riwayat kesehatan
Ditanyakan faktor resiko demensia vaskular seperti hipertensi, Diabetes melitus dan hiperlipidemia. Juga riwayat stroke atau adanya infeksi SSP.

·         Riwayat obat-obatan dan alkohol
Adakah penderita peminum alkohol yang kronik atau  pengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan antidepresan golongan trisiklik.

·         Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit serebrovaskular.
2.      Pemeriksaan fisik

Pada demensia, daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus maka hemiparesis atau monoparesis dan diplegia dapat melengkapkan sindrom demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik yang mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal dapat membangkitkan refleks-refleks. Refleks tersebut merupakan petanda keadaan regresi atau kemunduran kualitas fungsi.1,7

a.       Refleks memegang (grasp reflex). Jari telunjuk dan tengah si pemeriksa diletakkan pada telapak tangan si penderita. Refleks memegang adalah positif apabila jari si pemeriksa dipegang oleh tangan penderita


b.      Refleks glabela. Orang dengan demensia akan memejamkan matanya tiap kali glabelanya diketuk. Pada orang sehat, pemejaman mata pada ketukan berkali-kali pada glabela hanya timbul dua tiga kali saja dan selanjutnya tidak akan memejam lagi

c.       Refleks palmomental. Goresan pada kulit tenar membangkitkan kontraksi otot mentalis ipsilateral pada penderita dengan demensia

d.      Refleks korneomandibular. Goresan kornea pada pasien dengan demensia membangkitkan pemejaman mata ipsilateral yang disertai oleh gerakan mandibula ke sisi kontralateral



e.       Snout reflex. Pada penderita dengan demensia setiap kali bibir atas atau bawah diketuk m. orbikularis oris berkontraksi




f.       Refleks menetek (suck reflex). Refleks menetek adalah positif apabila bibir penderita dicucurkan secara reflektorik seolah-olah mau menetek jika bibirnya tersentuh oleh sesuatu misalnya sebatang pensil



g.      Refleks kaki tonik. Pada demensia, penggoresan pada telapak kaki membangkitkan kontraksi tonik dari kaki berikut jari-jarinya.

3.      Pemeriksaan MMSE

Alat skrining kognitif yang biasa digunakan adalah pemeriksaan status mental mini atau Mini-Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya ingat, kemampuan bahasa dan berhitung. Defisit lokal ditemukan pada demensia vaskular sedangkan defisit global pada penyakit Alzheimer. 

MMSE Folstein (lihat lampiran):
Pertanyaan
Skor maksimum
Orientasi
Pertama, tanya pasien tanggal, hari, bulan, tahun dan musim.
5
Kedua ditanyakan lokasi sekarang seperti fasilitas, lantai, bandar, provinsi dan negara.
5
Registrasi
Namakan 3 objek (seperti bola, bendera, pintu) dan minta pasien untuk mengulanginya
3
Atensi
Minta pasien untuk mengeja perkataan ‘dunia’ secara terbalik atau menolak 7 dari 100 secara berurutan  (berhenti setelah 5 jawaban).
5
Daya ingat
Minta pasien untuk mengingat 3 objek dari bagian registrasi tes ini
3
Bahasa
Minta pasien untuk mengidentifikasi pensil dan arloji
2
Minta pasien untuk mengulang frasa ‘tidak jika, dan, tetapi’
1
Minta pasien untuk mengikut arahan sebanyak 3-langkah
3
Minta pasien untuk membaca dan mematuhi frasa ‘tutup mata anda’
1
Minta pasien untuk menulis satu ayat
1
Minta pasien untuk mengkopi satu set pentagon yang saling bertindih.
1
Skor
30
Skoring: skor maksimum yang mungkin adalah 30. Umumnya skor yang kurang dari 24 dianggap normal. Namun nilai batas tergantung pada tingkat edukasi seseorang pasien. Oleh karena hasil untuk pemeriksaan ini dapat berubah mengikut waktu, dan untuk beberapa inidividu dapat berubah pada siang hari, rekamlah tanggal dan waktu pemeriksaan ini dilakukan.




4.      Kriteria diagnostik
Terdapat beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes kognitif dan neurofisiologi pasien yang digunakan untuk diagnosis demensia vaskular. Diantaranya adalah:
a.       Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition, text revision (DSM-IV-TR)4,7
Kriteria ini mempunyai sensitiviti yang baik tetapi spesifitas yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah seperti berikut:
Perkembangan defisit kognitif multipel terdiri dari:
·         Gangguan memori (gangguan kemampuan dalam mempelajari informasi baru atau mengingat informasi yang sudah dipelajari)

·         Salah satu atau lebih gangguan kognitif berikut:
-          Afasia (gangguan berbahasa)
-          Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik dalam keadaan fungsi otot yang normal)
-          Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau menamai objek)
-          Gangguan fungsi berfikir abstrak (eg merencanakan, berorganisasi)
Gangguan kognitif di atas menyebabkan gangguan yang berat pada fungsi sosial dan pekerjaan penderita
Kelainan ini ditandai dengan proses yang bertahap dan penurunan fungsi kognitif yang berkelanjutan
Gangguan kognitif di atas tidak disebabkan oleh hal-hal berikut:
·         Kelainan SSP lain yang menyebabkan gangguan memori yang progresif (misalnya gangguan peredaran darah otak, Parkinson dan tumor otak)
·         Kelainan sistemik yang dapat menyebabkan demensia (misalnya hipotiroidisme, defisiensi vitamin B dan asam folat, defisiensi niasin, hiperkalemi, neurosifilis dan infeksi HIV)

Kelainan pasien tidak disebabkan oleh delirium
Kelainan tidak disebabkan oleh kelainan aksis 1 (misalnya gangguan depresi dan skizofrenia)

b.       Skor iskemik Hachinski

Skor Iskemik Hachinski adalah seperti berikut:
Riwayat dan gejala
Skor
Awitan mendadak
2
Deteriorasi bertahap
1
Perjalanan klinis fluktuatif
2
Kebingungan malam hari
1
Kepribadian relatif terganggu
1
Depresi
1
Keluhan somatik
1
Emosi labil
1
Riwayat hipertensi
1
Riwayat penyakit serebrovaskuler
2
Arteriosklerosis penyerta
1
Keluhan neurologi fokal
2
Gajala neurologi fokal
2

Skor ini berguna untuk membedakan demensia Alzheimer dengan demensia vaskular. Bila skor ≥7: demensia vaskular. Skor ≤4: penyakit Alzheimer.


c.        Kriteria the National Institute of Neurological Disorders and Stroke-Association International pour la Recherché at L'Enseignement en Neurosciences (NINDS-AIREN).

·         Kriteria untuk diagnosis probable vascular dementia:

A.    Demensia
Didefinisikan dengan penurunan kognitif dan dimanifestasikan dengan kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif (orientasi, atensi, bahasa, fungsi visuospasial, fungsi eksekutif, kontrol motor, praksis), ditemukan dengan pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat sehingga mengganggu aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.

Kriteria eksklusi: kasus dengan penurunan kesadaran, delirium, psikosis, aphasia berat atau kemunduran sensorimotor major. Juga gangguan sistemik / penyakit lain yang menyebabkan defisit memori dan kognisi.


B.     Penyakit serebrovaskular
Adanya tanda fokal pada pemeriksaan neurologi seperti hemiparesis, kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori, hemianopia, dan disartria yang konsisten dengan stroke (dengan atau tanpa riwayat stroke) dan bukti penyakit serebrovaskular yang relevan dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark pembuluh darah multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus, basal forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba atau lesi substansia alba periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi dari yang di atas.

C.     Hubungan antara dua kelainan di atas
-          Awitan demensia 3 bulan pasca stroke
-          Deteriorasi fungsi kognitif mendadak atau progresi defisit kognitif yang fluktuasi atau stepwise


·         Gambaran klinis konsisten dengan diagnosis probable vascular dementia

A.    Adanya gangguan langkah dini (langkah kecil “marche a petits pas”, atau langkah magnetik, apraksi-ataxic atau Parkinson)
B.     Riwayat unsteadiness dan jatuh tanpa sebab
C.     Urgensi dan frekuensi miksi dini serta keluhan berkemih yang lain bukan disebabkan oleh kelainan urologi
D.    Pseudobulbar palsy
E.     Perubahan personaliti dan suasana hati, abulia, depresi, inkontinensi emosi, atau defisit subkortikal lain seperti retardasi psikomotor dan fungsi eksekutif abnormal.


·         Gambaran klinis yang tidak mendukung demensia vaskular

A.    Awitan dini defisit memori dan perburukan memori dan fungsi kognitif lain seperti bahasa (aphasia sensori transkortikal), ketrampilan motor (apraksia) dan persepri (agnosia) yang progresif tanpa disertai lesi fokal otak yang sesuai pada pencitraan
B.     Tidak ada konsekuensi neurologi fokal selain dari gangguan kognitif
C.     Tidak ada kerusakan serebrovaskular pada CT Scan atau MRI otak





·         Diagnosis klinikal untuk possible vescular dementia

A.    Adanya demensia dengan tanda neurologi fokal pada pasien tanpa pencitraan otak/tiada hubungan antara demensia dengan stroke.
B.     Pasien dengan defisit kognitif yang variasi dan bukti penyakit serebrovaskular yang relevan


·         Kriteria untuk diagnosis definite vascular dementia

A.    Kriteria klinis untuk probable vascular dementia
B.     Bukti histopatologi penyakit serebrovaskular dari biopsi atau autopsi
C.     Tidak ada neurofibrillary tangles dan plak neuritik
D.    Tidak ada kelainan patologi atau klinikal yang dapat menyebabkan demensia


·         Klasifikasi demensia vaskular untuk tujuan penelitian

Demensia diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinikal, radiologi dan neuropatologi, kepada demensia vaskular kortikal dan subkortikal, demensia thalamik. Istilah penyakit Alzheimer dengan penyakit serebrovaskular digunakan untuk pasien dengan Alzheimer dan pencitraan yang sesuai dengan penyakit serebrovaskular. Dalam penelitian epidemiologi, pasien ini termasuk dalam kelompok demensia vaskular. Istilah demensia campur sebaiknya tidak digunakan.
5.      Brain scan
Deteksi karakter yang abnormal pada pencitraan struktural (CT Scan dan MRI) dan pencitraan fungsional seperti SPECT dan PET dapat membantu dalam menentukan diagnosis diferensial.
a.       CT-Scan
Dapat mengidentifikasi lesi otak (tumor), infark serebri, hematoma subdural atau ekstradura, abses serebral, penyakit serebrovaskular dan atrofi kortikal.

b.      MRI
Hasil MRI dapat mengidentifikasi lesi pada penyakit serebrovaskular yang mengindikasikan demensia vaskular. 


DIAGNOSA BANDING
1.      Penyakit Alzheimer
Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer denganpemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit serebrovaskular.3



Berikut adalah perbandingan antara demensia vaskular dan penyakit Alzheimer.
Gejala klinik
Demensia vaskular
Penyakit Alzheimer
Riwayat penyakit atherosklerosis
TIA, stroke, faktor resiko aterosklerosis seperti Diabetes melitus, hipertensi
Kurang
Onset
Mandadak atau bertahap
Bertahap
Progresivitas
Perlahan atau bertahap seperti tangga
Penurunan perlahan dan progresif
Pemeriksaan neurologi
Defisit neurologi
Normal
Langkah
Selalu terganggu
Biasanya normal
Memori
Kemunduran ringan pada fase awal
Prominen pada fase awal
Fungsi eksekutif
Dini dan kemunduran yang nyata
Kemunduran lambat
Skor iskemik Hachinski
≥7
≤4
Neuroimaging
Infark atau lesi substansia alba
Normal atau atrofi hipokampus


2.      Penurunan kognitif akibat usia
Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume otak akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.

3.      Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang keliru dan pelupa.

4.      Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini disorientasi, pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau infeksi yang dapat diobati. Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari diatasi

5.      Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah:
·         Malnutrisi
·         Dehidrasi
·         Fatigue
·         Depresi
·         Efek samping obat
·         Gangguan metabolik
·         Trauma kepala
·         Tumor otak jinak
·         Infeksi bakteri atau virus
·         Parkinson

PREVENSI
Sindrom demensia vaskular biasanya disebabkan oleh stroke. Jadi, prevensi (terapi primer) atau terapi sekunder stroke adalah kunci untuk mencegah  penurunan kognitif ini.
Memodifikasi faktor resiko kemunduran kognitif dapat membantu mencegah stroke dan demensia vaskular. Faktor resiko yang paling penting adalah hipertensi. Penelitian kohort epidemiologi dan percobaan intervensi dengan pengobatan antihipertensi menunjukkan kegunaan obat antihipertensi dalam mencegah demensia vaskular. Pasien dengan merokok harus berhenti merokok karena dapat menyebabkan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif. Faktor diet seperti hiperkolesterolemia juga dapat berperan.
Sedangkan dalam penelitian yang lain pula mendapati bahwa individu yang yang melakukan aktivitas yang menstimulasi intelektual seperti interaksi sosial, catur, crossword puzzle dan bermain alat musik dapat menurunkan resiko demensia secara signifikan. 2,3,7,10

PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:4,7
·         Mencegah terjadinya serangan stroke baru
·         Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
·         Mengurangi gangguan tingkah laku
·         Meringankan beban pengasuh
·         Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya

Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:
1.      Non-Medikamentosa

a.      Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa cara untuk mengatasi defisit memori dengan lebih baik
·         Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan. Dengan ini stres dapat dikurangkan.
·         Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum tidur. Ini dapat membina kapasiti memori
·         Menjauhi distraksi seperti televisyen atau radio ketika coba memahami mesej atau instruksi panjang. 
·         Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru. Coba merencana sebelum melakukannya.
·         Banyak besabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien lebih sukar untuk mengingat sesuatu. Belajar teknik relaksasi juga berkesan.

b.      Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total. Tingkat folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor resiko stroke.

2.      Medikamentosa

a.      Mencegah demensia vaskular memburuk 6,7

Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor resiko vaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes diobati.

Agen anti platlet berguna untuk mencegah stroke berulang. Pada demensia vaskular, aspirin mempunyai efek positif pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine dan clopidogrel.

·         Aspirin: mencegah platelet-aggregating thromboxane A2 dengan memblokir aksi prostaglandin sintetase seterusnya mencegah sintesis prostaglandin

·         Tioclodipine: digunakan untuk pasien yang tidak toleransi terhadap terapi aspirin atau gagal dengan terapi aspirin.

·         Clopidogrel bisulfate: obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet secara direk.


Agen hemorheologik meningkatkan kualiti darah dengan menurunkan viskositi, meningkatkan fleksibiliti eritrosit, menginhibisi agregasi platlet dan formasi trombus serta supresi adhesi leukosit.
·         Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine) dapat meningkatkan aliran darah otak. Dalam satu penelitian yang melibatkan 29 pusat di Eropa, perbaikan intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9 bulan didapatkan. Di European Pentoxifylline Multi-Infarct Dementia Study, pengobatan dengan pentoxifylline didapati berguna untuk pasien demensia multi-infark.

b.      Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku
Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan gejala perilaku dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular.

Obat-obat demensia adalah seperti berikut:
Nama obat
Golongan
Indikasi
Dosis
Efek samping
Donepezil
Penghambat kolinesterase
Demensia ringan-sedang
Dosis awal 5 mg/hr, setelah 4-6 minggu menjadi 10 mg/hr
Mual, muntah, diare, insomnia
Galantamine
Penghambat kolinesterase
Demensia ringan-sedang
Dosis awal 8 mg/hr, setiap bulan dinaikkan 8 mg/hr sehingga dosis maksimal 24 mg/hr
Mual, muntah, diare, anoreksia
Rivastigmine
Penghambat kolinesterase
Demensia ringan-sedang
Dosis awal 2 x 1.5 mg/hr. Setiap bulan dinaikkan 2 x 1.5 mg/hr hingga maksimal 2 x6mg/hr
Mual, muntah, pusing, diare, anoreksia
Memantine
Penghambat reseptor NMDA
Demensia sedang-berat
Dosis awal 5 mg/hr, stelah 1 minggu dosis dinaikkan menjadi 2x5 mg/hr hingga maksimal 2 x 10 mg/hr
Pusing, nyeri kepala, konstipasi


 Obat-obat untuk gangguan psikiatrik dan perilaku pada demensia adalah:
Gangguan perilaku
Nama obat
Dosis
Efek samping
Depresi
Sitalopram
10-40 mg/hr
Mual, mengantuk, nyeri kepala, tremor
Esitalopram
5-20 mg/hr
Insomnia, diare, mual, mulut kering, mengantuk
Sertralin
25-100 mg/hr
Mual, diare, mengantuk, mulut kering, disfungsi seksual
Agitasi, ansietas, perilaku obsesif
Quetiapin
25-300 mg/hr
Mengantuk, pusing, mulut kering, dispepsia
Olanzapin
2,5-10 mg/hr
Meningkat berat badan, mulut kering, pusing, tremor
Risperidon
0,5-1 mg, 3x/hr
Mengantuk, tremor, insomnia, pandangan kabur, nyeri kepala
Insomnia
Zolpidem
5-10 mg malam hari
Diare, mengantuk
Trazodon
25-100 mg malam hari
Pusing, nyeri kepala, mulut kering, konstipasi

FOLLOW UP
1.      RAWAT INAP
Jika pasien yang depresi tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan atau depresi berat (seperti mencoba untuk membunuh diri), terapi elektrokonvulsif diindikasikan.
Pada demensia yang terus berlanjut, perubahan perilaku yang lebih berat seperti agitasi, agresi, berjalan tanpa arah jelas, gangguan tidur dan perilaku seksual yang abnormal diobservasi. Sebaiknya pasien ditempatkan di institusi khusus apabila masalah perilaku tidak terkawal, aktivitas harian sangat memerlukan bantuan atau penjaga tidak lagi mampu menjaga pasien.

2.      RAWAT JALAN

Follow up yang reguler setiap 4-6 bulan direkomendasikan untuk menilai kondisi umum pasien dan gejala kognitif. Pengobatan faktor resiko seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes melitus juga memerlukan perhatian khusus.

 

PROGNOSIS

·          Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer
·          Beberapa pasien dapat mengalami beberapa siri stroke dan kemudian bebas stroke selama beberapa tahun jika diterapi untuk modifikasi faktor resiko dari stroke.
·          Berdasarkan beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka hayat sebanyak 50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada individu dengan hasil uji neurologi yang memburuk
·          Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular dan berbagai lagi faktor seperti keganasan.



















DAFTAR PUSTAKA
1.      Mardjono, M., Sidharta, P. (2006). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat. Jakarta. Hal 211-214

2.      Brust, J.C.M. (2008). Current Diagnosis & Treatment: Neurology. McGraw-Hill Companies, Inc. Singapore.

3.      Anonymous. (2010). Demensia. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/24799498/DEMENSIA

4.      Alagiakrishnan, K., Masaki, K. (2010 Apr 2). eMedicine from WebMD: Vascular Dementia. Diunduh dari  http://emedicine.medscape.com/article/292105-overview

5.      Dorsey, J., White, M., Barston, S. (2007 December). Vascular Dementia: Signs, Symptoms, Treatment, and Support. Diunduh dari http://helpguide.org/elder/vascular_dementia.htm

6.      Anonymous. (2007). Medscape from WebMD today: Clinical Differences Among Four Common Dementia Syndromes: Vascular Dementia. Diunduh dari   http://www.medscape.com/viewarticle/564627_3

7.      Dewanto, G. dkk (2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 170-184

8.      Walker, H.K. dkk, (1990). Clinical Methods: The History, Physical and Laboratory Examinations, Third Edition. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=A1506

9.      Shiel, W.C. (2009 November). RxList the Internet Drug Index: Dementia. Diunduh dari http://www.rxlist.com/dementia_slideshow/article.htm   Reviewed by 

10.  Roman, G.C. dkk. (1993). The Internet Stroke Center. Ninds-Airen Diagnostic Criteria. 43 (2): 250-60. Diunduh dari http://www.strokecenter.org/trials/scales/ninds-airen.html