Kamis, 31 Januari 2013

Pemeriksaan Kadar Kalium (Potasium)

Hari, tanggal    : Kamis, 22 November 2012
Judul                            : Pemeriksaan Kadar Kalium (Potasium)
Metode              : Fotometrik dengan Turbidimetrik
Tujuan              :
“ Mengetahui cara pemeriksaan kadar Kalium (Potasium) dan mengetahui kadar Kalium dalam serum yang diperiksa ”.
Prinsip Reaksi :
“ Dalam lingkungan basa kalium akan dibebaskan dari ikatannya dengan protein. Kemudian akan bereaksi dengan sodium TPB untuk suspensi berbentuk Turbit (kekeruhan) dari potasium Tetrapenil boron”.
Dasar Teori      :
          Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan di cairan intraseluler (sel). Kadar kalium dalam serum hanya sedikit, dan dapat menimbulkan keadaan gagal jantung jika kadar kalium serum < 2,5 mEq/l atau >7,0 mEq/l. 80 sampai 90% kalium tubuh diekskresikan melalui ginjal. Jika terdapat kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk dalam cairan ekstraseluler (cairan interstitial dan intravaskular). Jika fungsi ginjal adekuat, kalium dalam cairan intavaskuler akan diekskresikan. Pada keadaan ekskresi kalium berlebih, terjadi defisit kalium serum (hipokalemia). Namun demikian, jika ginjal mengekskresikan urin sebanyak < 600 ml perhari. Kalium akan terakumulasi dalam cairan intravaskular sehingga akan terjadi kalium serum berlebih (hiperkalemia).
          Tubuh tidak mengonservasi kalium, dan ginjal mengekskresikan kalium rata-rata sebanyak 40 mEq/l perhari (berkisar antara 25 sampai 120 mEq/l atau 24 jam), bahkan dengan asupan diet rendah kalium. Kebutuhan kalium perhari adalah 3 sampai 4 gram atau sebesar 40 sampai 60 mEq/l (Kee, 2007). Tubuh menambah kalium melalui makanan (terutama daging, buah, dan sayuran)  dan obat-obatan. Selain itu, cairan ekstraseluler menambah kalium kapan saja terdapat kerusakan sel-sel atau gerakan kalium keluar sel.
          Namun, peningkatan kadar kalium serum biasanya tidak terjadi kecuali terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal (Horne dan Sweringen, 2000). Ekskresi kalium di ginjal meningkat seiring konsentrasi kalium plasma. Selain itu ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh aldosteron, perubahan pH, laju aliran di ductus kolektivus, pergerakan natrium, vasopesin, dan obat-obatan. Hipokalemia biasanya menunjukkan adanya kehilangan kalium melalui usus, ginjal, dan pergerakan kalium ke dalam sel. Di ginjal, kehilangan kalium dapat diakibatkan oleh kelebihan aldostreron atau kelebihan pergerakan natrium ke tubulus distal, seperti yang dapat terjadi pada penggunaan diuretik loop atau diuretik tiazid. Hiperkalemia biasanya menunjukkan penurunan sekresi kalium urin atau yang lebih jarang, pelepasan akut dari sel atau kegagalan kalium memasuki sel. Hiperkalemia tidak baersifat persisten kecuali jika terdapat gangguan ekskresi oleh ginjal. Pada kasus sampel hemolisis, kalium akan dilepaskan ke dalam plasma. Hal ini dapat memacu estimasi palsu kadar kalium plasma yang melonjak tajam (Callaghan, 2007).

Peralatan         :
1.    Kuvet
2.    Clinipet 50 µl, 100 µl, 500 µl, dan 1000 µl
3.    Tip Kuning dan Tip Biru
4.    Spektrofotometer
5.    Tissue
6.    Tabung sentrifuge
7.    Sentrifuge
Bahan                : Serum

Reagensia       :
a.    Presipitan (PREC)
b.    Tetra Penil Boron ( TPB)
c.    NaOH
d.    Standar K+ (5 mmol/l)

Cara Kerja       :
Ø  Presipitasi           : Dipipet ke dalam tabung sentrifuge : 50 µl serum + 500 µl PREC       dicampur, dipusingkan 4000 rpm selama 10 menit.
Ø  Pemeriksaan      :

Blanko
Standar
Pemeriksaan
Reagen Kerja
1000 µl
1000 µl
1000 µl
Standar
-
  100 µl
-
Supernatan
-
-
   100 µl

Dicampur,kemudian dibaca denagn absorban standar dan pemerilksaan terhadap blanko pada panjang gelombang 578 nm setelah 15 menit.

Hasil dan Pehitungan
Data
Blanko
0,000 A
Standar
0,176 A
Pemeriksaan I
0,126 A
Pemeriksaan II
0,122 A


Perhitungan
Kadar Kalsium I = Absorbansi Pemeriksaan  X  5 mmol/ L
                                    Absorbansi standar                                    
                            =  0,126  X  5 mmol/ L
                                0,176                                                     
                            =  0,72 X 5 mmol/ L
                            =  3,6 mmol/ L
                             
Kadar Kalsium II = Absorbansi Pemeriksaan  X  5 mmol/ L
                                    Absorbansi standar                                    
                            =  0,122  X  5 mmol/ L
                                0,176                                                     
                            =  0,69  X 5 mmol/ L
                            =  3,4 mmol/ L
                           
Nilai Normal : 3,6 – 5,5 mmol/ L

Pembahasan :
1.    Dalam pemeriksaan memerlukan sentrifuge untuk mendapatkan supernatan. Kemudian dipusingkan dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
2.    Reagen kerja juga dibuat dengan membuat perbandingan 1 bagian TPB dengan 1 bagian NaOH dan memerlukan pendiaman selama 20 menit agar reagen TPB dengan NaOH tercampur sempurna.
3.    Dalam pemeriksaan ini memerlukan pemeriksaan duplo untuk setiap pemeriksaan.

Kesimpulan  :
          Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disipulkan bahwa praktikan dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar Kalium dan hasil pemeriksaan serum adalah 3,5 mmol/ L.

Daftar Pustaka :
1.    Callaghan, Chris. 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
2.    Horne, M. Mima dan Swearingen, Pamela L. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. EGC. Jakarta .
3.    Joyce Lefever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta.

Pemeriksaan Enzim Cholinesterase

Hari, tanggal    : Kamis, 30 Oktober 2012
Judul                            : Pemeriksaan Enzim Cholinesterase
Metode              : Kinetik – DGKC
Tujuan              :
“ Mengetahui cara pemeriksaan enzim Cholinesterase dan mengetahui aktivitas enzim Cholinesterase dalam serum yang diperiksa ”.
Prinsip Reaksi :
“ Butyrylthiocholine + H2O cholinesterase     Thiocholine + butyrate
2 thiocholine + 2 [ Fe (CN)6 ]3- + H2O          choline + 2 [ Fe (CN)6 ]4- + H2O ”.
Dasar Teori      :
          Asetylcholinesterase (ChE) adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis acetylcholine.Active site dari cholinesterase terdiri dari 2 sub, yaitu esteratic site dan aniotik site.
         Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat didalam membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran lainnya, seperti dalam plasma darah, sel plasenta yang berfungsi sebagai katalis untuk menghidrolisis acetylcholine menjadi choline dan acetat. Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat dalam fraksi ujung syaraf dari sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran impuls dari neuron ke post ganglionik.
          Cholinesterase disintesis didalam hati atau liver, terdapat dalam sinaps, plasma darah dan sel darah merah. Sekurang- kurangnya ada 3 jenis cholinesterase utama, yaitu enzim cholinesterase yang terdapat dalam sinaps, cholinesterase dalam plasma, dan cholinesterase dalam sel darah merah. Cholinesterse sel darah merah merupakan enzim yang ditemukan dalam sistem syaraf, sedangkan cholinesterase plasma diproduksi didalam hati. Cholinesterase dalam darah umumnya digunakan sebagai parameter keracunan pestisida, karena cara ini lebih mudah dibandingkan pengukuran cholinesterase dalam sinaps.

Peralatan         :
1.    Kuvet
2.    Clinipet 20 µl, 250 µl, 1000 µl
3.    Tip putih, tip kuning dan tip biru
4.    Spektrofotometer
5.    Tissue

Bahan                : Serum

Reagensia       :
R1  =  Pyrophospate                                                         95 mmol/L                                          Potasium hexacyanoferate                                              2,5 mmol/L
R2  =  Butyrylthiochdine                                                         7,5 mmol/L

Cara Kerja       :
-       Masukkan kedalam tabung reaksi

Blanko
Pemeriksaan
Aquadest
    20 µl
-
Serum
-
    20 µl
R1
1000 µl
1000 µl
-       Dicampur, diinkubasi 3 menit, kemudian ditambah
R2
  250 µl
  250 µl
-       Dicampur, dibaca absorbans setelah 2 menit, pembiasan pada menit ke 1, 2, dan 3, pada panjang gelombang 405 nm.

Hasil dan Pehitungan
Data
Menit
Absorbans 405 nm
1
1,491

2
1,446

3
1,397


Perhitungan
Aktivitas Enzim Cholinesterase : Δ = (A1 – A2) + ( A2 – A3)  X  faktor
                                                                                    2
                                                              = (1,491 – 1,446) + (1,446 – 1,397)  X 68500
                                                                                                2
                                                              = 0,045 + 0,049  X  68500
                                                                             2                                        
                                                              = 3219 u/l

Nilai Normal :
Laki – laki    = 4620 – 11500 u/l
Perempuan = 3990 – 10800 u/l

Pembahasan :
1.    Pada saat mencampur serum dengan reagen, harus tercampur sempurna karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2.    Usahakan tidak ada gelembung dipermukaan cairan, karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3.    Pegang kuvet bagian atas, bukan bagian bawah karena warna yang diabsorpsi oleh spektrofotometer adalah bagian bawah juga saat memasukkan kedalam spektrofotometer dilap dengan tissu.

Kesimpulan  :
          Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disipulkan bahwa praktikan dapat mengetahui cara pemeriksaan aktivitas enzim Cholinesterase dan hasil pemeriksaan serum adalah 3219 u/l.

Daftar Pustaka :
1.    Callaghan, Chris. 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
2.    D.N. Baron, alih bahasa : P. Andrianto, J. Gunawan. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik, Edisi 4, EGC, Jakarta.
3.    Joyce Lefever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta.